Inspirasi Konstruksi - Desain Arsitektur
Pondasi Cakar Ayam, Karya Asli Anak Bangsa yang Diakui Dunia
Dari sekian banyaknya inovasi yang ada di dunia arsitektur dan konstruksi bangunan, pondasi cakar ayam mungkin cukup familiar di telinga kita. Jenis pondasi ini juga cukup umum diterapkan sebagai penopang berbagai bangunan baik hunian maupun gedung bertingkat.
Sayangnya, belum banyak yang tahu jika pondasi cakar ayam ini merupakan karya asli anak bangsa yakni Prof. Ir. Sedijatmo. Dan karyanya kini tidak hanya digunakan di dalam negeri saja, melainkan juga berbagai negara luar mulai dari Amerika Serikat, Jerman, Inggris, dan lainnya.
Dalam menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia ke-79 ini, masterumah.id ingin mengajakmu mengenal pondasi cakar ayam, sebuah karya anak bangsa yang mendunia. Simak yuk!
Pondasi cakar ayam merupakan sebuah teknik dalam pembuatan pondasi. Konstruksinya terdiri dari pelat tipis dengan dukungan pipa-pipa buis beton (cakar) yang ditanam di bagian bawah pelat. Menghasilkan sebuah struktur monolit yang kaku dan tahan terhadap beban maupun penurunan tanah.
Prof. Ir. Sedijatmo menggagas pondasi cakar ayam pada tahun 1961. Pada saat itu, beliau merupakan pejabat PLN dan ditugaskan untuk mendirikan 7 menara listrik tegangan tinggi di wilayah Ancol sebagai infrastruktur pendukung Asian Games 1962.
Dua menara berhasil dibangun menggunakan pondasi konvensional, sayangnya pembangunan lima menara lainnya sedikit terhambat akibat tanah berawa yang ada di lokasi. Tercetuslah ide dari Prof. Ir. Sedijatmo untuk menciptakan pondasi monolit yang terdiri dari plat beton dan pipa-pipa di bawahnya untuk memberi cengkeraman yang lebih kuat di jenis tanah lembek. Solusi ini pun berhasil dan karya ini menjadi pondasi cakar ayam yang kita kenal hingga saat ini.
Pondasi cakar ayam pun bahkan mendapat pengakuan dari dunia. Dengan 40 negara yang tersebar di Eropa, Asia, Afrika, hingga Amerika mengakui paten internasional pondasi cakar ayam.
Pelat beton yang digunakan pada pondasi cakar ayam hanya memiliki ketebalan 10-20 cm saja. Sedangkan dimensi pipa buis bertulang yang digunakan memiliki diameter 120 cm, ketebalan 8 cm, dan panjang 150-250 cm. Pipa buis dipasang vertikal dan disatukan dengan plat beton untuk menciptakan struktur monolit.
Pondasi cakar ayam sangat fleksibel bisa diterapkan di tanah keras maupun lunak. Pengerjaan pondasi ini juga bisa menghemat material dan biaya dibandingkan menggunakan pondasi jenis lain seperti bore pile atau strauss pile. Dan tidak kalah menarik, pondasi cakar ayam tidak memerlukan sistem drainase dan kembang kusut, karena cara pembuatan dan strukturnya.
Semoga sedikit ulasan mengenai pondasi cakar ayam ini dapat menjadi inspirasi untuk terus menciptakan karya yang diakui oleh dunia dan mengharumkan nama Indonesia.
Jangan lupa ikuti terus masterumah.id untuk ulasan menarik seputar rumah lainnya. MERDEKA!
Inspirasi Konstruksi - Desain Arsitektur
Pondasi Cakar Ayam, Karya Asli Anak Bangsa yang Diakui Dunia
Dari sekian banyaknya inovasi yang ada di dunia arsitektur dan konstruksi bangunan, pondasi cakar ayam mungkin cukup familiar di telinga kita. Jenis pondasi ini juga cukup umum diterapkan sebagai penopang berbagai bangunan baik hunian maupun gedung bertingkat.
Sayangnya, belum banyak yang tahu jika pondasi cakar ayam ini merupakan karya asli anak bangsa yakni Prof. Ir. Sedijatmo. Dan karyanya kini tidak hanya digunakan di dalam negeri saja, melainkan juga berbagai negara luar mulai dari Amerika Serikat, Jerman, Inggris, dan lainnya.
Dalam menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia ke-79 ini, masterumah.id ingin mengajakmu mengenal pondasi cakar ayam, sebuah karya anak bangsa yang mendunia. Simak yuk!
Pondasi cakar ayam merupakan sebuah teknik dalam pembuatan pondasi. Konstruksinya terdiri dari pelat tipis dengan dukungan pipa-pipa buis beton (cakar) yang ditanam di bagian bawah pelat. Menghasilkan sebuah struktur monolit yang kaku dan tahan terhadap beban maupun penurunan tanah.
Prof. Ir. Sedijatmo menggagas pondasi cakar ayam pada tahun 1961. Pada saat itu, beliau merupakan pejabat PLN dan ditugaskan untuk mendirikan 7 menara listrik tegangan tinggi di wilayah Ancol sebagai infrastruktur pendukung Asian Games 1962.
Dua menara berhasil dibangun menggunakan pondasi konvensional, sayangnya pembangunan lima menara lainnya sedikit terhambat akibat tanah berawa yang ada di lokasi. Tercetuslah ide dari Prof. Ir. Sedijatmo untuk menciptakan pondasi monolit yang terdiri dari plat beton dan pipa-pipa di bawahnya untuk memberi cengkeraman yang lebih kuat di jenis tanah lembek. Solusi ini pun berhasil dan karya ini menjadi pondasi cakar ayam yang kita kenal hingga saat ini.
Pondasi cakar ayam pun bahkan mendapat pengakuan dari dunia. Dengan 40 negara yang tersebar di Eropa, Asia, Afrika, hingga Amerika mengakui paten internasional pondasi cakar ayam.
Pelat beton yang digunakan pada pondasi cakar ayam hanya memiliki ketebalan 10-20 cm saja. Sedangkan dimensi pipa buis bertulang yang digunakan memiliki diameter 120 cm, ketebalan 8 cm, dan panjang 150-250 cm. Pipa buis dipasang vertikal dan disatukan dengan plat beton untuk menciptakan struktur monolit.
Pondasi cakar ayam sangat fleksibel bisa diterapkan di tanah keras maupun lunak. Pengerjaan pondasi ini juga bisa menghemat material dan biaya dibandingkan menggunakan pondasi jenis lain seperti bore pile atau strauss pile. Dan tidak kalah menarik, pondasi cakar ayam tidak memerlukan sistem drainase dan kembang kusut, karena cara pembuatan dan strukturnya.
Semoga sedikit ulasan mengenai pondasi cakar ayam ini dapat menjadi inspirasi untuk terus menciptakan karya yang diakui oleh dunia dan mengharumkan nama Indonesia.
Jangan lupa ikuti terus masterumah.id untuk ulasan menarik seputar rumah lainnya. MERDEKA!