Inspirasi Konstruksi - Desain Arsitektur
Bukan Gempa, Inilah Alasan Rumah di Indonesia Jarang Memiliki Basement
Basement alias ruang bawah tanah cukup populer di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Namun berbeda halnya di Indonesia, fitur ini hampir jarang diterapkan di bangunan-bangunan rumah. Padahal ruangan tambahan ini bisa cukup multifungsi.
Mungkin sekilas kita berpikir bahwa Indonesia negara yang rawan gempa, sehingga membangun basement dapat membahayakan bangunan rumah. Faktanya, basement dapat memperkokoh pondasi bangunan dan pastinya didesain khusus agar tahan terhadap gempa.
Jika demikian, lalu apa yang membuat basement jarang dijumpai di rumah-rumah di Indonesia? Tenang, pada artikel ini masterumah.id akan mengulasnya untukmu!
Kondisi tanah berpengaruh besar dalam pembangunan basement. Secara umum, tanah basah atau rawa kurang ideal karena muka air tanah yang tinggi. Hal ini berpotensi menyebabkan banjir di dalam basement atau lebih parah lagi bangunan rumah bisa ambles atau mengapung.
Tentu saja, terdapat solusi seperti memompa air tanah dan melakukan waterproofing tambahan pada basement. Sayangnya, solusi ini memerlukan teknis yang cukup kompleks dan biaya tinggi.
Musuh utama dari basement ialah kelembapan baik dari tanah maupun iklim. Dan seperti kita ketahui Indonesia sebagai negara tropis memiliki tingkat humiditas tinggi. Otomatis jika ingin membangun basement, ventilasi menjadi komponen yang tidak boleh disepelekan agar udara lembap di basement bisa bersirkulasi dengan optimal. Jika tidak, basement terasa sangat pengap, panas, dan mudah ditumbuhi jamur.
Dikarenakan letaknya di bawah tanah dan menopang bangunan di atasnya, sehingga basement perlu dibuat secara kokoh. Tidak hanya itu saja, melainkan juga basement wajib dibuat kedap air. Mempertimbangkan faktor struktur dan keamanan tersebut, maka material berkualitas tinggi diperlukan dalam pembuatan basement.
Tidak hanya dari materialnya saja, proses pembuatan basement juga terbilang rumit. Perlu perhitungan yang tepat dan matang, untuk menghindari risiko yang membahayakan. Oleh karena itu, jika ingin membuat basement di rumah kita tidak bisa sembarangan menggunakan jasa kontraktor dan arsitek.
Menimbang faktor-faktor di atas, kita dapat membayangkan pembangunan basement memakan biaya tinggi. Sehingga banyak orang lebih memilih membangun rumahnya ke atas, yang mana dari segi teknis tidak terlalu rumit dan biayanya lebih rendah.
Sebenarnya sah-sah saja jika kamu tertarik untuk membuat basement atau bahkan rumah di bawah tanah, asalkan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, garis sempadan bangunan, dan tidak mengganggu lingkungan sekitar.
Itu tadi alasan rumah-rumah di Indonesia jarang memiliki basement. Nantikan ulasan menarik seputar rumah lainnya hanya di masterumah.id!
Inspirasi Konstruksi - Desain Arsitektur
Bukan Gempa, Inilah Alasan Rumah di Indonesia Jarang Memiliki Basement
Basement alias ruang bawah tanah cukup populer di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Namun berbeda halnya di Indonesia, fitur ini hampir jarang diterapkan di bangunan-bangunan rumah. Padahal ruangan tambahan ini bisa cukup multifungsi.
Mungkin sekilas kita berpikir bahwa Indonesia negara yang rawan gempa, sehingga membangun basement dapat membahayakan bangunan rumah. Faktanya, basement dapat memperkokoh pondasi bangunan dan pastinya didesain khusus agar tahan terhadap gempa.
Jika demikian, lalu apa yang membuat basement jarang dijumpai di rumah-rumah di Indonesia? Tenang, pada artikel ini masterumah.id akan mengulasnya untukmu!
Kondisi tanah berpengaruh besar dalam pembangunan basement. Secara umum, tanah basah atau rawa kurang ideal karena muka air tanah yang tinggi. Hal ini berpotensi menyebabkan banjir di dalam basement atau lebih parah lagi bangunan rumah bisa ambles atau mengapung.
Tentu saja, terdapat solusi seperti memompa air tanah dan melakukan waterproofing tambahan pada basement. Sayangnya, solusi ini memerlukan teknis yang cukup kompleks dan biaya tinggi.
Musuh utama dari basement ialah kelembapan baik dari tanah maupun iklim. Dan seperti kita ketahui Indonesia sebagai negara tropis memiliki tingkat humiditas tinggi. Otomatis jika ingin membangun basement, ventilasi menjadi komponen yang tidak boleh disepelekan agar udara lembap di basement bisa bersirkulasi dengan optimal. Jika tidak, basement terasa sangat pengap, panas, dan mudah ditumbuhi jamur.
Dikarenakan letaknya di bawah tanah dan menopang bangunan di atasnya, sehingga basement perlu dibuat secara kokoh. Tidak hanya itu saja, melainkan juga basement wajib dibuat kedap air. Mempertimbangkan faktor struktur dan keamanan tersebut, maka material berkualitas tinggi diperlukan dalam pembuatan basement.
Tidak hanya dari materialnya saja, proses pembuatan basement juga terbilang rumit. Perlu perhitungan yang tepat dan matang, untuk menghindari risiko yang membahayakan. Oleh karena itu, jika ingin membuat basement di rumah kita tidak bisa sembarangan menggunakan jasa kontraktor dan arsitek.
Menimbang faktor-faktor di atas, kita dapat membayangkan pembangunan basement memakan biaya tinggi. Sehingga banyak orang lebih memilih membangun rumahnya ke atas, yang mana dari segi teknis tidak terlalu rumit dan biayanya lebih rendah.
Sebenarnya sah-sah saja jika kamu tertarik untuk membuat basement atau bahkan rumah di bawah tanah, asalkan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, garis sempadan bangunan, dan tidak mengganggu lingkungan sekitar.
Itu tadi alasan rumah-rumah di Indonesia jarang memiliki basement. Nantikan ulasan menarik seputar rumah lainnya hanya di masterumah.id!