Sumber: Picture by Stella Lee
HEALTH & HYGIENE : “GENKAN” by ROOMMATES-Francis Surjaseputra
Health and hygiene as a transitional space.
Di saat pandemi ini
rata-rata dari kita semua disibukan dengan melaksanakan protokol kesehatan
sebelum memasuki rumah atau apartment dimana saja kita berada. Hal ini bisa
dimaklumi karena bangsa kita itu sebenarnya sangat terbuka untuk selalu
memperbaiki diri sendiri dengan "menerima" cara-cara baru maupun yang
masih asing.
Hal ini membuat
cara kita hidup di Indonesia saat ini sudah banyak terpengaruh, baik atau tidak
baik, oleh budaya asing, terutama pada saat Indonesia menjadi negara koloni.
Tidak bisa dipungkiri bahwa misalnya standard "internasional" hidup
dalam hunian bintang 5 adalah narasi dari bisnis perhotelan dari brand2 besar
terutama dari Amerika. Grand Hyatt misalnya adalah pioneer didalam penerapan
operasi bintang 5 nya dan menjadi hotel berbintang pertama di ibukota.
Misalnya diranjang hotel-hotel berbintang selalu ditemui bed-liner yang sebenarnya ini adalah bagian yang akan mengurangi kekotoran diatas ranjang karena kebiasaan tamu-tamu dari barat naik ranjang menggunakan sepatu mereka. Untuk mengurangi kekotoran itulah disetiap ranjang di hotel berstandar internasional tadi menjadi sebuah standard internasional untuk menggunakan bed-liner.
Di saat pandemi
covid-19 ini sepatu adalah bagian yang paling berbahaya untuk dibawa masuk
kedalam rumah, seperti yang kita ketahui, menularnya melalui droplets yang pada
ahkirnya jatuh kelantai, ini belum memperhitungkan kebiasaan yang kurang baik
yaitu masih adanya mereka yang masih meludah ditempat umum, sehingga dengan
mudahnya virus ini bisa saja kita bawa kedalam rumah melalui alas kaki yang
kita pakai.
Beda halnya zaman
sebelum kolonialisme dan modernism dimana kita semua melepaskan sepatu didepan
pintu masuk rumah, namun ada perubahan saat budaya asing tadi membenarkan kita
untuk menggunakan sepatu hingga sampai kedalam kamar tidur pun, ya setidaknya
kedalam kamar hotel.
Beda hal nya di
Jepang dimana mereka tidak terpengaruh dengan budaya barat sejak jatuhnya
mereka di perang dunia ke-2, namun mereka sanggup mencari solusi dengan
"beradaptasi".
Di Jepang, entah itu rumah maupun apartment ada ruang di sekitar pintu masuk: biasanya lebih rendah posisinya atau dengan bahan yang dibedakan, yang dinamakan "genkan". Disinilah orang Jepang termasuk tamu-tamu baratnya, diminta untuk melepaskan sepatunya. Sebagai gantinya, sebelum area basah seperti toilet dan dapur disiapkan selop untuk khusus memasuki area basah dan area lainnya dengan selop yang berbeda.
Di satu sisi di Indonesia sekarang pun masih ada kebiasaan baik ini, namun di sisi ektreme nya sempat ada cerita lucu dari sebuah perusahaan penjual motor di salah satu kota besar di Indonesia, dimana seorang kaya dari desa dengan sopannya melepaskan sandalnya di depan toko, sehingga menjadi bahan ketawaan pada saat itu: "Pak dipakai saja sepatunya tidak apa apa" sambut penjaga toko. Kita harus belajar ulang dengan adanya pandemi ini untuk tetap menjaga kesehatan dengan menjaga kebersihan. Di tempat umum sebaiknya kita selalu mamakai sepatu atau sandal kita seperti biasa dan di saat kita memasuki kamar hotel, rumah, apartemen dimana kita beristirahat ada baiknya bagian kotor yang bisa membuat kita sakit ini terhenti di area Genkan tadi.
Di sinilah peran
desainer dan arsitek dapat memperbaiki kesehatan masyarakat dengan memperbaiki
dan belajar dari yang sudah ada dan menyesuaikannya kedalam kehidupan yang
lebih baik dan sehat.
Sudah saatnya kita
membudidayakan kembali kearifan lokal dan tetap terbuka untuk beradaptasi dan
tidak hanya menerima perubahan itu saja.
Belum ada komentar
Temukan inspirasi untuk kebutuhan desain, konstruksi dan keluarga dari para master terpercaya.
Silahkan Login terlebih dahulu untuk Komen
Login disini